September 29, 2022

Best Practice Menggunakan Metode Star Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

 Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)

 Menggunakan Metode Star 

(Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) 

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran 

Lokasi

SMA NEGERI 1 BLAHBATUH

Lingkup Pendidikan

SMA

Tujuan yang ingin dicapai

Siswa Mampu Menelaah, Membandingkan dan Menyusun Teks Opinion dan Advertisment

Penulis

ANAK AGUNG GEDE ERA EKA PUTRA

Tanggal

26 September 2022

Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini; 

    Peralihan PJJ ke PTM membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar, khususnya dalam pengumpulan tugas. PJJ menyebabkan banyaknya perubahan dalam cara belajar siswa dan prilaku siswa dalam belajar. Sehingga siswa merasa pembelajaran yang terjadi saat ini kurang menyenangkan dan membosankan. Selain itu belum maksimalnya pemanfaatn teknologi dalam pembelajaran dimana sarana dan prasarana sekolah mendukung untuk melakukan pembelajaran inovatif. Ketika mengevaluasi siswa menerapkan soal HOTS, sehingga menjadi kurang efektif ketika proses pembelajaran yang terjadi tidak bersifat HOTS. Sehingga perlu kiranya saya menunjukan pratik baik yang sudah saya lakukan sehingga bisa menjadi sumber informasi dan motivasi bagi teman guru lainnya. Dimana saya sebagai guru memiliki tanggung jawab untuk merancang, membuat dan melaksanakan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran yang bisa memotivasi dan memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. 

Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat;

    Dalam proses pembelajaran sering kali siswa kurang mendapatkan pembelajaran yang bermakna ketika pembelajaran masih bersifat konvensional, sehingga banyak siswa yang malas mengerjakan tugas-tugas. Selain itu masih banyaknya siswa yang belum mampu menjawab soal bersifat HOTS merupakan tantangan yang dihadapi. Mempersiapkan pembelajaran yang inovatif menjadi sebuah tantangan, dimana perlu kiranya saya memperhatikan berbagai aspek sebelum memilih metode, media ajar dan materi ajar. Menentukan tujuan dari pembelajaran juga menjadi tantangan dimana aspek ranah berpikir siswa perlu diperhatikan, dimana saat ini HOTS merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam ranah kognitif siswa. Dosen Ibu Eka Wahyuni banyak membantu saya dalam memahami HOTS. Pembelajaran yang bersifat TPACK juga menjadi tantangan dimana diperlukan pengetahuan tentang teknologi yang akan dimanfaatkan dalam pembelajaran. Disini bantuan dari admin server LMS Moodle sekolah banyak membantu dalam mempersiapkan siswa memahami LMS. Ada dua topik yang menjadi tujuan dari praktik baik ini, dimana topik mengenai Opinian dan Advertisment, disini saya banyak dibantu oleh teman sejawat mengenai pemahaman materi topik tersebut. 

 Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini; 

    Setelah berkoordinasi dengan kepala sekolah dan dari hasil Kajian Literatur serta wawancara dengan teman sejawat dan dosen yang sudah dilakukan maka solusi yang akan dilaksanakan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran PBL ( Problem Based Learning) sebagai rencana aksi pertama dengan topik Opinion. Rencana Aksi yang pertama ini dilakukan dari tanggal 25 Agustus 2022 sampai dengan 4 September 2022. Dimana dirancang dengan 2 kali pertemuan. Media pembelajaran yang digunakan bersifat inovatif yaitu selain menggunakan PPT juga memanfaatkan Group Telegram sebagai sarana komunikasi unsynchronous dengan siswa dan pemanfaatan LMS Moodle sekolah sebagai sarana mengerjakan Assesment diagnostik awal, Advance material, pengumpulan assignment dan quiz sebagai penilaian akhir dari materi. Selain itu refleksi terhadap pembelajaran pun dilakukan dengan memanfaatkan feedback activity dalam LMS. Sedangkan Rencana Aksi yang kedua dilaksanakan mulai tanggal 10 September 2022 sampai dengan 20 September 2022. Dalam Rencana Aksi yang kedua ini metode pembelajran yang digunakan adalah PjBL ( Project Based Learning). Dikarenakan kelemahan dari PjBL adalah waktu penyelesaian product dari project yang dikerjakan, maka peran LMS sangatlah penting dimana dalam LMS dibuatkan sebuah forum discussion bagi siswa dan guru secara unsynchronous. Sehingga permasalah yang ditemukan siswa sepanjang pengerjaan project dapat segera di diskusikan dalam forum tersebut. Selain itu LMS juga sebagai TPACK dalam proses pembelajaran. Pada Rencana Aksi kedua juga memanfaatkan LMS sebagai sarana Assesment, Assignment and feedback. Pada Rencana Aksi pertama dan kedua juga disiapkan LKPD untuk memudahkan siswa mengerjakan aktivitas belajar baik itu secara synchronous maupun unsynchronous.. Sehingga blended learning terjadi pada proses pembelajaran Rencana Aksi 1 dan 2. 

Refleksi Hasil dan dampak : Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut ; 

    Pada Rencana Aksi dengan metode PBL dan PjBL mendapatkan feedback yang positif dari siswa dimana siswa menyatakan PBL dan PjBL merupakan proses pembelajaran yang baru bagi mereka,78% siswa menyatakan senang dengan metode PBL dan PjBL dengan pendekatan blended, 71% siswa menyatakan senang dengan suasana kelas dengan metode PBL dan PjBL dengan pendekatan blended. PBL dan PjBL dengan pendekatan blended dinyatakan menarik ( 83%) dalam proses pembelajaran dan cara mengajar guru. 63% siswa menyatakan lebih mudah memahami materi dengan metode tersebut. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil dari evaluasi yang dilakukan pada rencana aksi dengan memanfaatkan Quiz activity pada LMS hasilnya adalah rata-rata nilai siswa 74,29. Dapat disimpulkan bahwa hasil dari rencana aksi sangat efektif, dimana sebelumnya rata-rata nilai siswa dibawah 70, sedangkan KKM sekolah 70. Dari beberapa teman sejawat tertarik untuk mencoba apa yang sudah saya lakukan, dimana pemanfaatan LMS Moodle sekolah sangat membantu proses pembelajaran yang bersifat HOTS. Keberhasilan dari rencana aksi tidak terlepas dari prasarana yang sudah disediakan sekolah terutama LMS Moodle dimana memuat berbagaimacam aktifitas pembelajaran yang mendukung pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang saya ambil dari keseluruhan proses adalah bagaimana kita sebagai guru mampu memetakan kemampuan siswa, sehingga model, pendekatan, media, dan materi ajar disesuaikan dengan siswa. Sehingga student center merupakan ranah guru dalam menentukan proses pembelajaran inovatif. Feedback dari siswa sangat membantu saya untuk memperbaiki proses pembelajaran kedepannya agar lebih baik.